Aditya

SELAMAT DATANG

Selamat datang di Blog Aditya - Saya Senang dengan anda mengklik informasi ini, berarti anda peduli dengan keberadaan blog ini, saya berharap ini bukan untuk kali pertama anda mengunjungi blog ini. Mudah-mudahan blog ini bermanfaat untuk Anda.

Sekilas Tentang Riandhika Adityawan (Creator)

Nama saya Riandhika Adityawan, Saya seorang Pelajar di Sekolah Menengah Atas Negeri 2 Purworejo atau SMA Negeri 2 Purworejo dengan Bahasa Gaulnya SMANDA. Sekarang saya berada di kelas XI IPS 1. Lebih Menghormatilah Janji Kepada Diri Sendiri.(' ',)

Teori lingkungan kota, Isu lingkungan kota, dan Pembangunan Kota Berkelanjutan

TEORI LINGKUNGAN KOTA
Awal abad XXI ini persoalan lingkungan telah bertambah semakin rumit. Persoalan lama masih banyak yang belum berhasil diselesaikan seperti sampah/MSW dan bencana alam yang telah menimbulkan dampak lingkungan, namun isu-isu baru (emerging issue) telah muncul, antara lain persoalan e-waste, B-3 dan perubahan iklim yang berdampak serius terhadap kesehatan manusia. Persoalan-persoalan baru tersebut telah menambah kerumitan permasalahan di kawasan perkotaan, karena sebagian besar sumbernya justru di wilayah perkotaan.
Tuntutan hidup di perkotaan telah menimbulkan gaya hidup yang serba cepat dan menuntut penggunaan fasilitas modern seperti alat-alat elektrik dan elektronik serta konsumsi energi yang terus meningkat yang ternyata telah menimbulkan dampak negatip serius bagi kehidupan umat manusia. Upaya untuk mewujudkan clean land, clean water dan clean air di daerah perkotaan perlu terus dilakukan, karena kualitas lingkungan yang buruk telah menimbulkan dampak serius bagi kehidupan manusia. Salah satu hasil kajian menunjukkan bahwa akibat lingkungan yang buruk, masyarakat miskin Indonesia terpaksa harus membelanjakan dana yang sangat besar (sekitar 43 triliun rupiah) untuk biaya pengobatan yang semestinya dapat di dayagunakan untuk keperluan yang lebih produktip dan bermanfaat langsung bagi peningkatan kualitas kehidupannya.
Teori beban lingkungan
Manusia mempunyai kapasitas yang terbatas dalam prosre informasi. Menurut Cohen ada 4 asumi dasar teori ini:
a. Manusia mempunyai kapasitas terbatas dalam proses informasi.
b. Ketika stimulus lingkungan melebihi kapasitas, proses tidak akan dilakukan secara optimal.
c. Ketika stimulus sedang berlangsung, dibutuhkan respon adaptif.
d. Jumlah perhatian yang diberikan seseorang tidak konstan sepanjang waktu tetapi sesuai kebutuhan.
Teori hambatan perilaku
Teori ini adalah stimulasi yang berlebih atau tidak diinginkan, mendorong terjadinyahambatan dalam kapasitas proses informasi. Akibatnya, orang merasa kehilangan control terhadap situasi yang sedang berlangsung.
Istilah hambatan berarti terdapat sesuatu dari lingkungan yang membatasi apa yang mejadi harapan. Dalam situasi yang diliputi perasaan bahwa ada sesuatu yang menghambat perilaku, orang merasa tidak nyaman. Pengatasan yang dilakukan adalah orang mencoba menegaskan kembali control yang dimiliki dengan cara melakukan antisipasi factor-faktor lingkungan yang membatasi kebebasan perilaku.
Teori level adaptasi
Teori ini pada dasarnya sama dengan teori beban lingkungan. Menurut teori ini, stimulasi level yan rendah maupun yang tinggi mempunyai akibat negative bagi perilaku. Level stimulasi yang optimal adalah yang mampu mencapai perilaku optimal itu sendiri. Dengan demikian dalam teori ini dikenal perbedaan individu dalam level adaptasi.
Salah satu teori beban lingkungan ialah teori adaptasi yang optimal. Ada tiga dimensi hubungan perilaku lingkungan yaitu:
a. Identitas. Terlalu banyak orang atau terlalu sedikit akan membuat gangguan psikologis. Terlalu banyak orang akan menyebabkan perasaan sesak, sendangkan terlalu sedikit orang akan menyebabkan orang merasa terasing.
b. Keanekaragaman. Keanekaragaman benda atau manusia akan berakibat terhadap proses informasi. Terlalu beraneka akan membuat perasaan overload , sedangkan kekurangan keanekaragaman akan membuat perasaan monoton.
c. Keterpolaan. Keterpolaan berkaitan dengan kemampuan memprediksi. Jika suatu setting dengan pola yang tidak jelas dan rumit, menyebakan beban dalam proses informasi sehingga stimulus sulit diprediksi, sedangkan pola-pola yang sangat jelas menyebabkan stimulus mudah diprediksi.
Teori stres lingkungan
Teori stres lingkungan pada dasarnya merupakan aplikasi teori stres dalam lingkngan. Berdasarkan model input - proses – output, maka ada 3 pendekatan dalam stres yaitu stres sebagai stressor, stres sebagai respon, dan stres sebagai proses. Oleh karena itu, 3 komponen tersebut merupakan sumber yang mengancam kesejahteraan seseorang misalnya suara bising, panas, dan kepadatan tinggi.
Beberapa ekologi
Perilaku manusia merupakan bagian dari kompleksitas ekosistem, yang mempunyai beberapa asumsi dasar sebagai berikut:
a. Perilaku manusia terkait dengan konteks lingkungan,
b. Interaksi timbal balik yang menguntungkan antara manusia dan lingkungan,
c. Interaksi manusia dan lingkungan bersifat dinamis,
d. Interaksi manusia dan lingkungan terjadi dalam berbagai level yang tergantung pada fungsi.
Salah satu teori yang didasarkan atas pandangan ekologis adalah behavior setting yang dipelopori oleh Robert Barker dan Alan Wicker. Premis utama teori ini yaitu kesesuaian antara rancangan lingkungan dengan perilaku yang dikomodasikan dalam lingkungan tersebut.
ISU LINGKUNGAN PERKOTAAN
Masalah lingkungan perkotaan adalah ancaman terhadap masyarakat saat ini atau masa depan baik, yang mengakibatkan kerusakan yang disebabkan manusia terhadap lingkungan fisik. Masalah lingkungan perkotaan yang diangkat oleh inisiatif pembangunan perkotaan berkaitan dengan masalah lingkungan. Mereka adalah:
1. Masalah kesehatan lingkungan seperti air minum tidak memadai dansanitasi, polusi udara dalam ruangan dan crowding berlebihan
2. Masalah-masalah regional seperti polusi udara, tidak memadainya pembuangan limbah, pencemaran badan air dan hilangnya daerah hijau.
3. Dampak kegiatan perkotaan seperti gangguan ekologi dan sumber daya.deplesi dan emisi bahan kimia dan gas rumah kaca.
4. Dampak beban lingkungan regional atau global yang mungkin timbul dari kegiatan di luar batas-batas geografis kota, tetapi akan mempengaruhi orang yang hidup di kota.
Ada sejumlah tantangan lingkungan yang muncul dalam kota-kota. Mereka adalah sebagai berikut:
1. Menyediakan jasa lingkungan dasar dengan cara yang paling efektif melindungi kesehatan.
a. Akses ke sanitasi yang aman diminum, air dan fasilitas drainase.
b. Manajemen yang tepat pengumpulan sampah dan pembuangan.
c. Pengurangan polusi dalam rumah tangga dengan menyediakan bahan bakar bersih untuk memasak dan ventilasi rumah tangga ditingkatkan.
2. Identifikasi dan pelaksanaan terpadu pendekatan untuk lingkungan perkotaan untuk mencegah serta menanggulangi dampak dari polusi dan degradasi.
a. polusi udara.
b. Polusi permukaan air.
c. Polusi air tanah dan deplesi.
d. Penggunaan lahan dan degradasi ekosistem.
3. Berurusan tepat dengan kecelakaan dan bencana lingkungan yang berasal dari kedua alam dan melakukan upaya. Beberapa situs terburuk dari bencana ekologi ditemukan di dalam dan sekitar kota.
4. Kemiskinan perkotaan dan kondisi lingkungan saling terkait. Kemiskinan ini diperburuk oleh ancaman lingkungan yang menjelaskan bagian besar dari kesehatan yang buruk, awal kematian dan penderitaan bagi manusia.
5. Faktor lingkungan perkotaan yang mempengaruhi kesehatan manusia, khususnya di lapangan kesuburan. Di beberapa negara, jumlah sperma yang berkurang drastis.
6. Memahami pengaruh urbanisasi terhadap pasokan makanan sistem pangan yaitu, pemasaran dan distribusi.Karena pasokan makanan tercemar di daerah perkotaan.
7. Perkotaan gepeng. Populasi meningkat di daerah perkotaan, menyebabkan penurunan jumlah ruang terbuka yang tersedia dan kaum miskin kota akan tinggal di pinggiran kota. Pemukiman-pemukiman menjadi kumuh dari paling mengerikan dan mempengaruhi lingkungan.
8. Konsumsi perkotaan dan pola produksi adalah akar atau penyebab utama kerusakan lingkungan. Oleh karena itu pengelolaan lingkungan perkotaan yang lebih baik diperlukan.
9. Beberapa bentuk kerusakan lingkungan hidup karena faktor manusia, antara lain:
a. Terjadinya pencemaran (pencemaran udara, air, tanah, dan suara) sebagai dampak adanya kawasan industri.
b. Terjadinya banjir, sebagai dampak buruknya drainase atau sistem pembuangan air dan kesalahan dalam menjaga daerah aliran sungai dan dampak pengrusakan hutan.
c. Terjadinya tanah longsor, sebagai dampak langsung dari rusaknya hutan. Beberapa ulah manusia yang baik secara langsung maupun tidak langsung membawa dampak pada kerusakan lingkungan hidup antara lain:
1. Penebangan hutan secara liar (penggundulan hutan).
2. Perburuan liar.
3. Merusak hutan bakau.
4. Penimbunan rawa-rawa untuk pemukiman.
5. Pembuangan sampah di sembarang tempat.
6. Bangunan liar di daerah aliran sungai (DAS).
7. Pemanfaatan sumber daya alam secara berlebihan di luar batas.
PEMBANGUNAN KOTA BERKELANJUTAN
Pengertian Pembangunan Berkelanjutan
Melestarikan lingkungan hidup merupakan kebutuhan yang tidak bisa ditunda lagi dan bukan hanya menjadi tanggung jawab pemerintah atau pemimpin negara saja, melainkan tanggung jawab setiap insan di bumi, dari balita sampai manula. Setiap orang harus melakukan usaha untuk menyelamatkan lingkungan hidup di sekitar kita sesuai dengan kapasitasnya masing-masing.
Pembangunan berkelanjutan adalah terjemahan dari Bahasa Inggris,sustainable development. Istilah pembangunan berkelanjutan diperkenalkan dalam World Conservation Strategy (StrategiKonservasi Dunia) yang diterbitkan oleh United Nations Environment Programme (UNEP), International Union for Conservation of Nature and Natural Resources (IUCN), dan World WideFund for Nature (WWF) pada 1980. Pada 1982, UNEP menyelenggarakan sidang istimewamemperingati 10 tahun gerakan lingkungan dunia (1972-1982) di Nairobi, Kenya, sebagai reaksi ketidakpuasan atas penanganan lingkungan selama ini. Dalam sidang istimewa tersebut disepakati pembentukan Komisi Dunia untuk Lingkungan dan Pembangunan (World Commissionon Environment and Development - WCED). PBB memilih PM Norwegia Nyonya Harlem Brundtland dan mantan Menlu Sudan Mansyur Khaled, masing-masing menjadi Ketua dan Wakil Ketua WCED. Menurut Brundtland Report dari PBB (1987), pembangunan berkelanjutan adalah proses pembangunan (lahan, kota, bisnis, masyarakat, dsb) yang berprinsip “memenuhi kebutuhan sekarang tanpa mengorbankan pemenuhan kebutuhan generasi masa depan”.
Salah satu faktor yang harus dihadapi untuk mencapai pembangunan berkelanjutan adalah bagaimana memperbaiki kehancuran lingkungan tanpa mengorbankan kebutuhan pembangunan ekonomi dan keadilan sosial.
Inikator / Kriteria Pembangunan Berkelanjutan
Secara umum konsep pengembangan kota berkelanjutandidefinisikan sebagai pengembangan kota yang mengedepankanadanya keseimbangan antara aspek ekonomi, sosial-budaya danlingkungan hidup. Keseimbangan ini penting untuk menjamin adanya keberlanjutan dalam pemanfaatan sumber daya alam yangtersedia, tanpa mengurangi peluang generasi yang akan datang untuk menikmati kondisi yang sama.0 Januari 2009 pukul 1Phase 1 Phase 2 Phase 3
Berdasarkan konsep pembangunan berkelanjutan tersebut, maka indikatorpembangunan berkelanjutan tidak akan terlepas dari aspek-aspek tersebut diatas, yaitu aspek ekonomi,ekologi/lingkungan, sosial, politik, dan budaya. Sejalan dengan pemikiran tersebut, Djajadiningrat(2005) dalam bukuSuistanable Future: Menggagas Warisan Peradaban bagi Anak Cucu, Seputar Pemikiran Surna Tjahja Djajadiningrat, menyatakan bahwa dalam pembangunan yangberkelanjutan terdapat aspek keberlanjutan yang perlu diperhatikan, yaitu:
1. Keberlanjutan Ekologis
2. Keberlanjutan di Bidang Ekonomi
3. Keberlanjutan Politik
4. Keberlanjutan Sosial dan Budaya
5. Keberlanjutan Pertahanan Keamanan
Prof. Otto Soemarwoto dalam Sutisna (2006), mengajukan enam tolak ukur pembangunan berkelanjutan secara sederhana yang dapat digunakan baik untuk pemerintah pusat maupun didaerah untuk menilai keberhasilan seorang Kepala Pemerintahan dalam pelaksanaan proses. pembangunan berkelanjutan. Keenam tolok ukur itu meliputi:
a. Pro Ekonomi Kesejahteraan, maksudnya adalah pertumbuhan ekonomi ditujukan untukkesejahteraan semua anggota masyarakat, dapat dicapai melalui teknologi inovatif yangberdampak minimum terhadap lingkungan.
b. Pro Lingkungan Berkelanjutan, maksudnya etika lingkungan non antroposentris yang menjadi pedoman hidup masyarakat, sehingga mereka selalu mengupayakankelestariandan keseimbangan lingkungan, konservasi sumberdaya alam vital, danmengutamakanpeningkatan kualitas hidup non material.
c. Pro Keadilan Sosial, maksudnya adalah keadilan dan kesetaraan akses terhadapsumberdaya alam dan pelayanan publik, menghargai diversitas budaya dankesetaraan jender.
Zoning Regulation untuk Mewujudkan Kota Berkelanjutan
Rencana tata ruang kota yang baik nampaknya juga belum cukup untuk mewujudkan keberlanjutan. Dalam upaya implementasinya rencana tata ruang harus disertai dengan perangkat peraturan zonasi (zoning code), yang mengatur secara tegas kegiatan apa yang boleh, apa yang bersyarat dan apa yang dilarang pada setiap jenis zona peruntukan. Pelanggaran terhadap peraturan pemanfaatan tersebut akan diancam dengan sanksi. Tanpa peraturan semacam ini, rencana tata ruang hanya akan menjadi macan kertas. Bisa menggonggong tapi tidak bisa menggigit. Sehingga benar apabila dikatakan: better regulation without planning, than planning without regulation.
Peraturan zonasi ini tentu juga harus bersifat pro-lingkungan, terutama terkait dengan upaya perlindungan dan pemulihan terhadap kawasan-kawasan yang berpotensi menurunkan daya dukung kawasan, seperti pengaturan tentang persyaratan RTH di lahan-lahan privat dan kawasan hunian, ketentuan tentang sempadan sungai, danau, dan pantai serta lokasi-lokasi yang diperuntukkan sebagai daerah resapan dan genangan sementara (retention basin). Artinya pengembangan kawasan perkotaan harus mendahulukan kawasan mana yang tidak boleh dibangun, bukan sebaliknya.

No Response to "Teori lingkungan kota, Isu lingkungan kota, dan Pembangunan Kota Berkelanjutan"

Posting Komentar